Syukuran 10 tahun jabatan Guru Besar Prof. Amzulian Rifai S.H.,LL.M.,Ph.d

Suasana Peringatan 10 tahun jabatan guru besar Prof. Amzulian.
 Setiap manusia pasti mempunyai momen-momen indah semasa hidupnya yang ingin dikenang. Begitu pun Prof. Amzulian Rifai S.H.,LL.M.,Ph.d. selaku Dekan Fakultas Hukum UNSRI yang pada hari Sabtu (09/05)
menghelat acara syukuran atas peringatan ke-10 tahun gelar guru besar ilmu hukum di Universitas Sriwijaya.  Bertempat di Gedung FH tower yang baru diresmikan pada  08 April lalu, gelaran tersebut berlangsung semarak dan meriah.
Tema yang diusung dalam kegiatan ini ialah mengenai sinergisitas akademisi dan media dalam membentuk opini yang berpihak dalam kebenaran. Didalam sambutanya, Prof. Amzulian Rifai mengungkapkan bahwa " Sebagai seorang Akademisi, saya mempunyai kewajiban untuk menulis dan menggiring opini maesyarakat  di dalam menyikapi suatu peristiwa agar tetap berada di jalur yang dinamakan sebagai suatu kebenaran". Ia menambahkan bahwa acara ini sebenarnya sudah direncanakan sejak dua tahun yang lalu, namun barulah terwujud pada hari ini dan kebetulan sedang hangatnya isu mengenai pencalonan rektor dirinya sehingga dikesankan ini sebagai pencitraannya dirinya padahal itu hanya kebetulan saja.   "Saya dilantik sebagai guru besar di Fakultas Hukum ini   pada tanggal 30 April tahun 2005 yang lalu, saya juga berencana ingin menggelar sedikit pameran mengenai hasil-hasil tulisan saya yang jumlahnya hampir 800-an yang ingin saya tampilkan  untuk menginspirasi kita semua yang ada disini, namun dengan kesibukannya saya akhir-akhir ini hanya sedikit tulisan yang dapat saya tampilkan hari ini.

Dalam peringatan 10 tahun jabatan guru besar Prof. Amzulian Rifai, S.H.LL.M., Ph.D, beliau juga mengadakan acara diskusi publik yang bekerja sama dengan media-media lokal yang ada di Sumatera Selatan, seperti Sumeks, Sripo, Sindo, TVRI, Berita Pagi. Acara yang  diskusi ini dipandu oleh `seorang moderator bernama Dr. Zukifli Suherman yang merupankan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sriwijaya kemudian  sebagai Narasumber pada diskusi ini hadir lima orang yang merupakan wartawan dan wartawati senior di sumatra selatan. Pada sesi  yang pertama, di isi oleh Hj. Nurseri yang merupakan pimpinan redaksi dari Sumatra ekspres, di dalam penuturannya beliau menyampaikan bahwa " Saya mengapresiasi dari langkah yang dilakukan oleh Prof Amzulian yang dapat menghadirkan kami disini yang kesemuannya merupakan pimpinan redaksi di berbagai media lokal di sumatra selatan. Ini menunjukan bahwa prof. Amzulian menjaga komunikasi kepada seluruh media  dengan sangat baik sekali dan ini sangat langka. Media dan perguruan tinggi itu saling membutuhkan, di satu sisi perguruan tinggi mempunyai kewajiban di dalam melakukan pengabdian dan edukasi pada masyarakat sedangkan di sisi lainnya Media membutuhkan perguruan tinggi sebagai sumber dari pemberitaannya."

Pada sesi berikutnya di isi oleh pimpinan redaksi dari Sriwijaya Post, Hadi Prayogo " Sebagai seorang Akademisi, tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan menulis yang baik tetapi juga harus mempunyai kemampuan berbicara di depan publik yang baik juga dan hal itu dimiliki oleh seorang Prof. Amzulian Rifai. Unsri sebagai  sebuah Perguruan tinggi yang memiliki kewajiban untuk mencerdaskan dan melakukan kontrol sosial pada masyarakat dituntut untuk mampu bekerja sama secara baik dengan media, namun terkadang media kesulitan di dalam mencari siapakah  tokoh -tokoh Akademisi di Unsri yang tepat untuk menjadi narasumber untuk membicarakan mengenai suatu pristiwa. Untuk itu  dibutuhkan sesuatu yang dinamakan Unsri Center, dimana di sana itu nantinya menjadi wadah berkumpulnya para akademisi baik itu di bidang Hukum, Politik, Pertanian, Teknik dan lain sebagainya. Yang nantinya akan memudahkan kami dari media yang kesulitan untuk menemukan narasumber yang tepat. Sehingga akan memunculkan sinergisitas yang baik antara perguruan tinggi dan media."

 Kemudian giliran dari teman sekelas Prof. Amzulian yang juga kebetulan merupakan Pimpinan Redaksi di harian Seputar Indonesia Sumtra selatan untuk memberikan materi. Di dalam pemaparannya ia menjelaskan bahwa "Sering kali saat kami sebagai media menemukan pakar yang tepat untuk diwancari, namun  terkadang dengan berbagai alasan beliau  menolak untuk meberikan infromasi yang kami butuhkan karena takut  meberikan keterangan yang salah atau tidak siap dengan isi materi, padahal wartawan itu sangat senang sekali pada narasumber yang secara cepat menaggapi dari permintaan untuk melakukan wawancara itu. Dan pada mestinya sebagai narasumber jika tidak ingin salah mereka hanya haruslah memilih kata-kata yang tepat untuk disampaikan agar tidak memberika presepsi yang salah dimata publik."

Firdaus Komar dari harian Berita pagi yang menjadi pemateri yang keempat  menjelaskan bahwa "kami sebagai wartawan memang sangat mengalami kendala di dalam mencari siapakah pakar yang tepat saat terjadi suatu peristiwa, misalnya saat Palembang mengalami banjir, kami harus mencari pakar tata kota nah di situ kami kebingungan siapa yang menjadi pakar tata kota di Unsri. Padahal guru besar yang dimilik oleh Unsri ini banyak namun tetap saja itu menjadi kendala bagi kami.  Padahal kami menghubungi para pakar ini tujuannya itu ialah kami ingin mencari Alternatif atau jalan keluar dari suatu persoalan yang terjadi di tengah masyarakat." kata beliau

Berikutnya Hadir sebagai satu-satunya narasumber dari media pertelevisian lokal di Sumsel  ialah Linda damayati yang merupakan pakar komunikasi politik TVRI Sumatra Selatan. Di dalam penyampaiannya ia mengungkapkan bahwa " Tidak semua orang berani tampil di depan layar dan  tidak semua orang juga mempunyai kemampuan penyampaian  yang baik ketika ia berada didepan layar walaupun dalam kemampuan menulisnya itu sangat baik tapi pada saat tampil di depan kaca  ada kalanya para pakar itu nilai-nilai keilmuannya dan analisanya itu tidak muncul." tutur beliau.

Acara ini  diakhiri oleh  pendapat dan tanya jawab dari para tamu undangan yang merupakan para Akademisi, Wartawan dan tokoh-tokoh di Sumtra selatan. Di dalam  penyampaiannya  mereka mengungkapkan bahwa  sangat setuju bahwa  jika akademisi  dan media itu saling membutuhkan namun di setiap pihak mempunyai kendala masing-masing. Di pihak akademisi mengungkapkan bahwa "Saat wartawan menghubingi kita itu waktunya sangat mepet kadang kita harus memahami dulu materinya, kita harus membaca dan mengerti pokok permasalahan itu. Di lain pihak wartawan menghubungi kita secara medadak dan memberikan kami  ruang sangat terbatas sehingga itu membuat kita tidak berani untuk bicara karena kita tidak mau asal bicara saja di depan media." kemudian di sisi lain  salah seorang wartawan  senior mengungkapkan agar " Nantinya kita ingin Unsri itu memberikan kami list Contact  para pakar yang dimiliki oleh Unsri agar memudahkan kami untuk menemui para pakar dan dapat secara mudah serta  efisien untuk berhubungan dengan mereka."




Previous
Next Post »